Pagi itu entah ada urusan apa ibu lalong menghilang saat bapak lalong bangun pagi untuk segera berangkat ke sawah membersihkan rumput yang tumbuh liar di pematang sawahnya. Bapak lalong ke dapur dia perhatikan tungku api tidak ada tanda-tanda kalau tadi pagi ibu lalong menyalakan api, tanpa memikirkan banyak hal lagi dia meraih perlengkapan ke sawah lalu melangkah ke luar, depan pintu keluar ada sebuah pensil mungkin terjatuh dari kantong plastik buku anaknya yaitu si lalong, dia meraih pensil tersebut lalu menulis sesuatu di daun pintu bagian luar dengan harapan kalau ibu lalong pulang di akan membaca tulisannya.
Sudah dua pematang sawah dibersihkannya dan tiga ekor katak ditangkapnya namun ibu lalong belum juga muncul sementara dahaga akan nikmatnya minum kopi semakin gencar menyerang batang tenggorokkan apalagi tadi pagi tidak sempat menikmati manisnya kopi seduhan ibu lalong membuat dada ini ingin meledak tetapi karena bapak lalong ini di kampungnya terkenal dengan kesabarannya maka segera dia mengurungkan niatnya marah agar imej yang melekat pada dirinya tidak luntur maka diapun kembali meraih alat pemotong rumput
Melihat bapak lalong sedang serius memotong rumput di pematang sawah maka niat untuk menggoda dalam pikiran ibu lalong muncul. Dia raih sebuah batu lalu melempar dan jatuh kira-kira 3 meter di depan bapak lalong. Bapak lalong spontan kaget, berdiri melongok ke depan tengok kiri tengok kanan, sepih, tidak ada siapa-siapa, dalam hati bapak lalong menerka-nerka kira-kira siapa gerangan yang melakukan itu sebab kalau setan siang-siang begini tidak mungkin pasti malu sama siang.
Di balik alang-alang ibu lalong geli menahan tawa melihat reaksi dari bapak lalong karena reaksi seperti itulah yang dia harapkan. Tak tahan menahan gelinya maka dia keluar dari persembunyiannya sambil ketawa cekikikan. Bapak lalong tak merespon ketawa-ketiwinya ibu lalong dia hanya menanyakan satu hal yaitu : kopi!!
"Kopinya mana? kan saya sudah tulis pesan di pintu, masa kamu tidak bisa baca percuma saja kamu sampai kelas enam SD", demikian sergah bapak lalong disela-sela salah tingkahnya ibu lalong.
Dalam hati ibu lalong bertanya sejak kapan bapak lalong ini bisa menulis, makan sekolahan saja tidak pernah tetapi hari ini dia bisa menulis, "saya tidak melihat tulisan apa-apa di depan pintu" jawab ibu lalong di tengah-tengah kebingungannya memikirkan bapak lalong yang tiba-tiba bisa menulis. Tanpa memberi jawaban bapak lalong meraih tangan ibu lalong sedikit menyeret "ayo kita lihat di pintu". dan mereka pun berjalan tarik menarik.
Sampai depan pintu bapak lalong menunjuk-nunjuk di daun pintu, "ini! kamu lihat ini, ini bacanya: k o p i t e p u n g", ibu lalong memperhatikan dengan cara seksama dan dalam tempo yang tidak jelas, karena memang tulisannya tidak jelas hanya sekumpulan titik-titik tidak beraturan, daripada tragedi rumah tangga terjadi maka ibu lalong diam-diam menyusup ke dapur dengan penuh maklummmmm........