Powered By Blogger

11 Desember, 2009

MUNGKINKAH...





Mungkinkah aku terbang
Menggapai langit
Menggenggam bintang
Memeluk bulan

Mungkinkan aku merayu mimpi
Bercumbu dengan angan
Bercanda dengan bayangan
Menikmati yang tak dirasakan

Mungkinkah aku tidur lelap
Tujuh hari tujuh malam
Agar aku tak melihat
Sengsara dan nestapa

Mungkin aku terus berjalan
Melindasi duri kehidupan
Agar aku cepat ke titik cakrawala
Untuk melupakan luka dan duka

Mungkinkan aku bisa tertawa
Sampai setengah abad
Biarlah orang menganggapku tak waras
Tapi aku bangga karena derita menghindar

Mungkihkah aku menembus bumi
Biar intan dan permata tersemat di dada
Kan kulingkarkan di leherku
Sebagai tanda aku perkasa

Mungkikah.......

10 Desember, 2009

Ngaji Giliran (Doa bergilir)


Saya tidak tahu apakah ini pengalaman lucu, pengalaman buruk, pengalaman pahit, manis, asin asam (lo koq kaya permen) nanti saja  komentarnya ya...saya mau ceritera dulu disimak baik-baik ya...

Bulan Mei dan bulan Oktober biasalah kita di kampung pasti setiap malam ada doa bergilir (ngaji giliran) atau kita yang di Jakarta sebutannya doa Rosario. Kami anak-anak ABK (anak baru kador) sangat rajin, hampir setiap malam selalu hadir bahkan yang pertama datang dan selalu disuruh oleh guru agama untuk teriak memanggil umat agar segera hadir (huuuuuuuu.......mai taung ge.... hu.....mai ngajieeeee......). Sebenarnya bukan  hanya doa yang merupakan tujuan kami ada tujuan lain yaitu merupakan salah satu tempat dan kesempatan untuk mengeluarkan segala ide-ide jahil, tidak enak rasanya kalau datang dan duduk manis pasti selalu ada kerusuhan kecil, biangnya ya.. siapa lagi kalau bukan ABK. Kalau ada bapak-bapak yang sedang ceritera mengandung senyum maka ditanggap oleh ABK seolah-olah ceriteranya sangat lucu karena ABK ketawanya kencang sekali dan lama. Kalau doa sedang berlangsung tangan ABK tidak pernah diam selalu aktif, tangan kiri menyusur lewat belakang lalu colek yang sebelah kanan, muka tetap ja'im dan pasang wajah alim, mulut tetap salam maria... otak berpikir apalagi yang akan dilakukan.

Dari samping kiri teman tako timung (baca tentang tako timung ya...) bisik : " ole...aku kudut pecu'ke" (saya mau kentut), lalu saya bilang : "neka pe'ang taung'y e.. kumet iwon" (jangan dilepas semua, sebagiannya ditahan). Ternyata semakin di-kumet malah keceplosan, "uuukkk..."  Bunyinya nyaring di tengah kekusyukan karena sedang mendengarkan renungan yang dibacakan oleh guru agama. Anggota ABK yang lainnya yang duduk di belakang saya sudah dari tadi dia meyimpan bau kentutnya sedang menunggu-nunggu moment ini, orang tidak curiga karena posisi duduknya meyakinkan kalau dia benar-benar sedang kedinginan. Bagian atas kainnya ditarik rapat-rapat di depan dada dan bagian bawahnya dia duduk  sebagiannya diinjak sehingga kentut yang  dia lepaskan perlahan-lahan tidak kemana-mana hanya berputar di dalam kainnya. Begitu suara uukk terdengar maka diapun bereaksi terhadap bunyi itu dan bergerak membuka kainnya  Hanya sekejap saja bau kentut sudah mampir di setiap hidung, semua bersama-sama memegang hidung, mata jelalatan (mbili-mbalak) mencari siapa pelakunya. Kalau kata pepatah  'siapa yang berkotek maka dia yang bertelur'  memang tepat sekali dengan apa yang kedua teman saya lakukan, malah mereka reaksinya berlebihan, nuduh sebelah kiri, kanan, depan dan belakang.
Selesai berdoa anggota ABK selalu mendapat tugas untuk mengangkat nampan yang berisi kopi dan teh lalu mengedarnya, terkadang kalau yang empunya rumah persiapannya kurang maka anggota ABK pasti selalu tidak kebagian atau lagi asyik-asyiknya menikmati kopi karena dapatnya paling belakang tiba-tiba ada yang pamit pulang, kalau  kopinya hangat atau dingin, sekali tenggak, habis, tetapi kalau kopinya panas, cukup dilirik lalu pindahkan gelasnya ke tempat aman agar tidak kesenggol orang dan ikutan pamit pulang. Kami lakukan ini dengan senang hati tidak kenal malu dan malas, sehingga ibu-ibu dan bapak-bapak senang kalau kami ada walaupun kadang-kadang menjengkelkan.
Lain waktu sebelum berdoa, guru agama menyuruh kami agar jangan duduk di dalam rumah lebih baik duduk di luar saja. Depan pintu masuk rumah ada pagar (kena), biasa... pagar pekarangan rumah. maka duduklah kami di atas pagar itu sambil bercanda dan ceritera yang amburadul dan ketawa habis-habisan seolah-olah besok sudah tidak boleh ketawa lagi.
Ada beberapa doa dalam bahasa indonesia kami plesetkan dalam bahasa manggarai, misalnya.... nanti saja sabar ya....
Dari dalam rumah terdengar lagu pembukaan maka cerita amburadul kamipun berhenti dan ikut bernyanyi menyumbangkan suara sumbang sambil goyang kaki duduk di atas pagar. Kalau pemimpin lagu menyebutkan nomor lagu yang akan dinyanyikan maka salah satu anggota ABK memulainya lebih dulu lalu diam lagi dan kalau nyanyiannnya sudah selesai, lagi-lagi ada saja anggota ABK menyanyikan nada yang terkahir agak lama walaupun semua sudah diam karena lagunya sudah selesai.. Di ujung ibadah guru agama mengucapkan: : "Hati Yesus yang Amat Baik....", umat dalam rumah menjawab :  "Doakanlah kami...", ABK menjawab : "doal kena dami..", "doal kena dami..."  belum sampai yang ketiga, doa ABK terkabul.  "Gubrak......krakkkk...", Pagar yang kami duduk roboh, semua mata dari dalam rumah serentak memandang ke arah pintu mencari sumber bunyi, doa sejenak berhenti lalu guru agama melanjutkanya, kami diam-diam bebenah diri dan menahan rasa sakit, mungkin ada bagian tubuh yang tergores kena kayu pagar yang patah.

Tuhan ampunilah aku...