Powered By Blogger

14 Februari, 2010

Playboy Kampung

Baru saja hujan berhenti dan hari sudah menjelang sore dimana waktunya untuk pulang  setelah seharian bekerja di kebun. Pak Tolo sedang mengemas barang-barang hasil kebun untuk di bawah  ke rumah di mana  anak dan istri sedang menanti. Setelah beberapa menit dia berjalan dia mendapati Ibu Runge yang sedang bersusah payah berjalan karena memikul beban yang begitu berat. Di punggung menggendong keranjang yang penuh dengan ubi, daun singkong  dan pakan untuk babi piaraanya, tangan kiri memegang seikat kayu bakar di atas kepalanya dan tangan kanannya menjinjing bungkusan entah apa isinya. Sebagai tetangga kebun dan tetangga kampung yang baik dan rasa kasihnanya muncul tatkala pak Tolo melihat ibu Runge dalam kondisi seperti itu maka pak Tolo pun menawarkan jasa baiknya untuk membantu meringankan beban yang dipikul oleh ibu Runge. "Ho'o di we'ed kole ite bo a" demikian pak Tolo menyapa ibu Runge. "lengd keta mendo situ bo ga, mai campe laku's pola'd haju situ", "de..di'a eme nggitu ga, asa mendo kali tite" balas bu Runge sambil menurunkan kayu dari atas kepalanya tanpa merasa curiga dan kwatir. Dan mereka pun berjalan beriringan bu Runge di depan dan pak Tolo mengikutinya dari belakang. Hari semakin sore, jalan menuju kampung agak mendaki dan masih lumayan jauh. Lama kelamaan napas  pak Tolo semakin ngos-ngosan bukan karena jalan yang mendaki atau beban yang dipikul terlalu berat tetapi melihat  goyang pinggul yang diperagakan oleh bu Runge karena jalannya mendaki, langkahnya agak cepat seolah-olah menggoda pikiran kotor pak Tolo.. Dalam hati bu Runge berkata : am mael kraeng ho'o musi mai cai pola haju sua hujung. maka tanpa rasa curiga bu Runge pun menyarankan agar istirahat sejenak. "ole Tolo cala mael tite asi di cekoen",  "eng ta...Runge, ina kudut tae nggitu kole bo laku", dalam hati pak Tolo 'Ini kesempatan'.  pak Tolo buru-buru menurunkan kayu dari pundaknya lalu menghampiri bu Runge pura-pura membantu menurunkan keranjang yang digendong bu Runge, bu Runge pun tak mencurigai apa-apa atau sengaja memberikan angin segar kepada pak Tolo sehingga dia membiarkan tangan pak Tolo memegang keranjangnya serta menyenggol sana sini. Sejurus kemudian terjadilah hal-hal yang diinginkan oleh pak Tolo namun tidak diingini oleh bu Runge. Sekuat-kuatnya bu Runge meronta dan berteriak namun jauh lebih kuat dan besar tenaga yang dikerahkan oleh pak Tolo sehingg bu Runge pasrah dan menyerah tanpa mengerang.
Jarak beberapa meter di belang mereka  seseorang sedang mengintip 'pertarungan gulat tanpa ronde'  Runge dilawan/di bawah  Tolo. Tanpa menunggu sampai selesainya 'pertarungan' itu seseorang tadi langsung pulang dan melaporkan kejadian yang telah disaksikannya kepada istri dan suami dari masing-masing petarung dan sepakat untuk melaporkan kejadian itu kepada kepala kampung.
Setelah sampai di kampung mereka langsung dijemput oleh staf kepala kampung lalu disidang di hadapan kepala kampung, suami dan istri kedua 'petarung' dan warga yang sempat hadir. Setelah mendengar kesaksian dari masing 'petarung'  dan saksi kunci maka keputusannya pak Tolo di denda sesuai adat kampung :  ca ela wase lima, ca acu, ca manuk lalong, ce bongko tuak.