Powered By Blogger

06 Oktober, 2009

Fobia Oto

Ada dua nama oto yang kami takuti pada saat kami masih usia anak-anak. Yang pertama oto di Wonggor dan yang kedua oto clombo. Oto di Wonggor menurut ceritera dari para orang tua yang kami dengar adalah oto siluman atau yang dikenal dengan sebutan setempatnya oto'd empo dehong atau empo gorak dan kalau anak kecil melintas di jalan raya sendirian maka anak itu akan segera diculik dan di bawa ke negeri antah berantah untuk dijadikan santapan raja. Lalu yang kedua yaitu oto Clombo. Oto clombo sama menakutkannya dengan oto di wonggor. Sama-sama kalau ketemu anak kecil akan segera diculik dan dimana akan  dibangun sebuah jembatan maka disitulah anak kecil tadi akan dibunuh dan darahnya disiram di atas campuran pasir dan semen yang akan membangun jembatan serta kepalanya akan ditanam ditiang utama jembatan agar jembatan tersebut nantinya akan kuat dan bertahan lama.
Sehingga kami hampir tidak pernah jalan sendirian di jalan raya. Kalaupun terpaksa tentunya dengan super hati-hati dan penuh rasa takut sehingga fungsi telinga harus betul-betul dipertajam kalau-kalau ada suara oto yang akan menghampiri. Begitu mendengar raungan suara oto (karena jalannya rusak) dan bahkan honda sekalipun (semua jenis dan merek motor kita sebut honda, contohnya honda yamaha maksudnya motor yamaha, honda suzuki, honda binter dll) maka kami segera mencari tempat yang aman untuk bersembunyi terkadang sembunyinya lama karena oto itu tidak kunjung datang atau lebih sialnya dikiranya oto itu masih jauh maka dengan penuh keberanian kami keluar dari persembunyian tetapi ternyata raungan oto itu dekat maka tanpa melihat atau mencari tempat yang aman lagi langsung membuang diri sekuat-kuatnya ke dalam hutan atau rimbunan pepehonan. Tanpa peduli mau jatuh di tengah-tengah semak berduri, di atas bebatuan, terbentur pohon dan bahkan ke dalam jurang dan tetap di situ sambil menahan rasa sakit dan nyeri sampai oto itu berlalu dan suaranya sudah tidak kedengaran lagi barulah perlahan-lahan kami keluar dari tempat persembunyian.
Kalau jalan bersama dengan orangtua kami, begitu mendengar suara oto kami segera mencari tempat yang aman tentunya tidak sembunyi lagi hanya sibuk mencari tempat yang aman dan nyaman walaupun otonya masih sangat jauh. Kalau diseberang jalan kurang nyaman maka segera lari ke seberang, sampai di seberang  mungkin orangtua melihat posisi kita tidak aman maka mereka memanggil sambil teriak dan marah-marah, kami lari lagi ke seberang dimana orangtua berdiri begitu sampai dekat mereka pasti mendapat hadiah: cubit, jitak, telinga dijewer, kepala diketok atau disabet dengan ranting pohon lalu memegang lengan kita dan meremasnya sehingga kita merasa kesakitan. 
Kalau ada oto masuk kampung (biasanya oto-oto yang angkut batu dan pasir untuk pengerasan jalan atau  sedang ada pembangunan gedung sekolah) biasanya pertama-tama kami lihat dari jauh karena penasaran maka dekat, dekat dan semakin dekat lalu mengamati secara seksama dan dalam tempo yang sepuas-puasnya, melihat dari berbagai sisi kadang sekali-sekali meraba, bertanya dan bahkan berdiskusi versi kami anak kecil tentang oto yang ada di hadapan kami, tetapi tidak menemukan jawaban yang pasti karena sama-sama tidak tahu, yang agak nakal mencoba naik melalui ban belakang, anak yang berhasil sampai di atas bak oto mencoba melihat ke sekitar atau menunjukkan kebanggaanya bahwa dia sudah naik oto dan kalau ketahuan maka dimarahi habis-habisan oleh orangtua yang melihatnya walaupun itu bukan ayah atau ibunya sendiri. Sementara sopirnya membiarkan kami mengitari oto itu atau kadang juga mereka sengaja pamer di kampung. Apalagi kalau yang datang oto conggat (oto yang kalau menurunkan batu atau pasir cukup buka penutup belakang bak bagian bawah lalu bagian depan bak dengan sistem hidrolic terangkat maka muatannya terjatuh, seperti tampak di samping.

Semakin seringnya oto masuk kampung maka mulai tergusur rasa takut kami terhadap oto, dan bahkan belakangan kami diperbolehkan naik oto oleh sopir kemana saja oto itu pergi terutama kalau ke arah dimana tempat kami sering mancari kayu bakar dan pulangnya kadang naik oto itu lagi dan seringnnya kami jalan kaki beramai-ramai dan kami menikmati itu.  Tetapi tetap saja kalau ketahuan sama orangtua kami pasti dimarahi dengan berbagai alasan yang menurut mereka para sopir itu awal-awalnya baik dan ramah kepada kita dan ujung-ujungnya nanti bakal ada seorang anak yang akan diculik. Ternyata sampai oto-oto itu menghilang dari kampung atau berpindah tempat yang agak jauh dari kampung kami belum pernah terjadi atau mendengar berita kehilangan anak yang diculik entah oleh oto di wonggor ataupun oto clombo.
Ceritera oto di wonggor dan oto clombo yang disampaikan oleh orangtua kami merupakan suatu sock terapi agar kami selalu berhati-hati di jalan, mungkin orangtua sudah meramal bahwa dikemudian hari akan ada oto yang lalu-lalang di kampung kami, karena tebukti sekarang anak-anak pergi sekolah selalu naik oto yang  jaraknya tidak terlalu jauh, karena jarak yang sama, dulu  kami tempuh dengan jalan kaki. 
Karena perkembangan jaman maka rasa takut terhadap oto sudah hilang, bahkan setiap hari melihat oto dan naik oto, kalau menyeberang tidak perlu huru-hara lagi, cukup tengok kiri lirik kanan lalu tancap langkah.